17 Maret 2012

Berniaga dengan ALLAH

Suatu hari Abu Darda mengirim surat kepada sahabatnya, “tak ada satupun harta di dunia ini yang kamu miliki melainkan sudah ada orang yang memilikinya sebelum kamu, dan akan ada terus orang lain yang memilikinya sesudah kamu. Sebenarnya harta yang kamu miliki sekedar yang kamu telah manfaatkan untuk dirimu. Maka utamakanlah harta itu untuk orang yang membutuhkannya, yaitu anak-anakmu yang mewarisimu. Mungkin kepada anak saleh yang beramal untuk Allah – maka engkau akan bahagia, mungkin kepada anak durhaka yang mempergunakan harta itu untuk maksiat – maka engkau lebih celaka lagi dengan harta yang telah engkau kumpulkan. Maka pecayakanlah nasib mereka kepada rezeki Allat SWT, dan selamatkanlah dirimu sendiri.”

Menurut pandangan Abu Darda, dunia seluruhnya hanyalah titipan Allah SWT. Ketika banyak harta rampasan di bawa ke Madinah sebagai hasil kemenangan pasukan Islam di Cyprus, Abu Darda malah menangis, maka sahabat Zubair bin Nafis pun bertanya, “Wahai Abu Darda, mengapa engkau menangis ketika di menangkan oleh Allah SWT?’ jawab Abu Darda, “Wahai Zubair, alangkah hinanya makhluk di sisi Allah bila mereka meninggalkan kewajibannya terhadap Allah SWT, selagi ia perkasa, berjaya mempunyai kekuatan, lalu meninggalkan amanat Allah SWT, jadilah mereka seperti yang engkau lihat.”

Suatu hari, Abu Darda berkunjung ke Syiria, yang kala itu makmur, penduduknya hidup dalam gelimang kemewahan. Melihat kenyataan itu ia memberi peringatan. “Wahai warga Syiria, kalian adalah saudara seagama, tetangga dan pembela dalam melawan musuh bersama, tapi aku heran melihat kalian, mengapa kalian tidak punya rasa malu?” kalian kumpulkan apa yang tidak kalian makan, kalian bangun semua yang tidak kalian huni, kalian harapkan apa yang tidak kaliana dapat. Beberapa kurun waktu sebelum kalian, kaum Ad telah mengumpulkan dan menyimpannya, mereka memimpikan dan membina, lalu meneguhkan bangunan, tapi akhirnya semua binasa. Angan-angan mereka jadi fatamorgana, dan rumah mereka jadi kuburan belaka.”

Sebagai ahli hikmah, Abu Darda selalu terbuka untuk meneliti dan merenungkan kembali ibadahnya. Ia selalu mengingatkan orang akan perilaku palsu, karena kepalsuan melemahkan Iman, merasa lebih dari orang lain dan sombong. Tentang hal ini ia berkata, “kebaikan sebesar Zarah (butiran kecil) dari orang yang bertaqwa lebih berat dan bernilai daripada ibadah setinggi gunung dari orang yang menipu diri sendiri.”

Ibadah menurut Abu Darda, bukan sekedar mencari kebaikan dan mengerahkan segala daya upaya untuk mendapatkan Ridla Allah SWT, melainkan juga senantiasa rendah hati, mengingat kelemahan diri sendiri. Ia berkata, “carilah kebaikan sepanjang hidupmu, sebab Allah SWT mempunyai tiupan rahmat yang dapat mengenai siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Mohonlah kepada Allah SWT agar ia menutupi malu atau cela dan kejahatanmu, serta menghilangkan rasa tidak tentram di hatimu.”

Itulah beberapa nasehat Abu Darda yang penuh dengan cahaya hikmah dan kebeningan hati. Abu Darda adalah salah seorang yang lebih suka bersunyi diri, sampai di akhir hayatnya orang tidak tahu kapan ia wafat dan dimana dikebumikan. Sebab hidupnya memang hanya untuk Allah SWT, “Berniaga” dengan Allah, dan hanya Allah SWT yang mengetahui segala hal mengenai dirinya.

Tips Semangat

The first : Jika target sudah ditentukan tapi Anda tidak bertindak nyata karena takut gagal dan menanggung RESIKO, maka jangan bilang nasib Anda JELEK, dan nasib orang lain lebih BAIK !

The second : Miskin mental adalah sumber dari kemiskinan materi, jika tiap hari kita cuma menggerutu, murung, pesimis, apatis, iri, malas, maka SUKSES akan menjauhi kita.

The third : Jika setiap bangun pagi, kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia.

The fourth : Kita boleh mengharapkan semua urusan berjalan lancar, tetapi jauh lebih baik kita siap mental dan berani menghadapi setiap masalah yang datang kepada kita.

The fifth : Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah melakukan KESALAHAN. Yang penting adalah kita bisa memetik pelajaran berharga dari setiap KESALAHAN yang dilakukan.

The sixth : Tidak usah sedih dan menyesali apa yang sudah lewat, tidak perlu takut dengan apa yang belum datang, yang penting dengan penuh semangat berbuatlah yang terbaik di SAAT SEKARANG !

The seventh : Kebanyakan orang GAGAL bukan karena tidak memiliki talenta, modal atau kesempatan. Mereka GAGAL karena TIDAK PERNAH menyusun rencana untuk mengisi kehidupan mereka dengan SUKSES

Antara Zuhud Sunni dan Zuhud Sufi

Kategori: Tazkiyatun Nufus
4 Komentar // 4 March 2012
Pernahkah Anda merasakan kesedihan ditinggal mati oleh orang yang Anda kasihi di dunia ini? Atau pernahkah Anda kehilangan harta melimpah yang pernah Anda miliki? Itu semua menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Dunia ini bukanlah hunian abadi bagi manusia. Kehidupan hakiki adalah kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, selayaknya orang yang berakal, lebih mengutamakan kenikmatan yang kekal daripada kehidupan fana ini. Bagaimana caranya? Agama Islam mengajarkan dengan zuhud di dunia. Sahl bin Sa’d As-Sa’idi Radhiyallahu ‘anhuma berkata:
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ
Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan. Jika aku mengamalkannya, niscaya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku!” Rasulullah bersabda: “Zuhudlah di dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada tangan-tangan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu!’.[1]
MAKNA ZUHUD
Disebutkan di dalam kitab kamus Mu’jamul Wasith, bab Zahida:
زَهِدَ فِيْهِ وَ عَنْهُ – يَزْهَدُ – زُهْدًا, وَ زَهَادَةً
Yaitu, seseorang melakukan zuhud atau zahaadah. Artinya, dia berpaling darinya dan meninggalkannya karena dia meremehkannya, atau menghindari kesusahan darinya, atau karena sedikitnya.
Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata: “Zuhud adalah istilah dari berpalingnya keinginan dari sesuatu menuju yang lain yang lebih baik darinya. Dan syarat hal yang ditinggalkan keinginannya itu, juga disukai pada sebagian sisinya. Maka barangsiapa meninggalkan sesuatu yang dzatnya tidak disukai dan tidak dicari, dia tidak dinamakan zaahid (orang yang zuhud)”.[2]
Tujuan meninggalkan dunia bagi orang yang zuhud adalah untuk meraih kebaikan akhirat, bukan semata-mata untuk rileks dan menganggur.
Abu Sulaiman rahimahullah berkata,”Orang yang zuhud bukanlah orang yang meninggalkan kelelahan-kelelahan dunia dan beristirahat darinya. Tetapi orang yang zuhud adalah orang yang meninggalkan dunia, dan berpayah-payah di dunia untuk akhirat.” [3]
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,”Maksud zuhud di dunia adalah mengosongkan hati dari menyibukkan diri dengan dunia, sehingga orang itu dapat berkonsentrasi untuk mencari (ridha) Allah, mengenalNya, dekat kepadaNya, merasa tenang denganNya, dan rindu menghadapNya.”[4]
Menurut Imam Ahmad rahimahullah , zuhud itu ada tiga bentuk. Pertama, meninggalkan yang haram. (Demikian) ini zuhudnya orang-orang awam. Kedua, meninggalkan yang berlebih-lebihan dari yang halal. (Demikian) ini zuhud orang-orang khusus. Ketiga, meninggalkan semua perkara yang menyibukkan diri dari Allah. Ini zuhudnya orang-orang ‘arif (orang-orang yang faham terhadap Allah).[5]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ”Zuhud yang bermanfaat, disyari’atkan, dan yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, adalah zuhud (meninggalkan dan mengecilkan arti) segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat. Berkaitan dengan hal-hal yang berguna di akhirat dan piranti yang dapat mendukungnya, maka zuhud (meninggalkan dan meremehkan) terhadap hal-hal ini, berarti meremehkan satu jenis ibadah kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. Yang dimaksud zuhud hanyalah dengan meninggalkan semua yang membahayakan atau segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun zuhud terhadap hal-hal yang bermanfaat, ini adalah sebuah bentuk ketidaktahuan dan kesesatan.” [6]
INI BUKAN ZUHUD!
Setelah kita mengetahui penjelasan di atas, ternyata ada sebagian orang melakukan berbagai perbuatan dengan anggapan bahwa perbuatan tersebut termasuk dalam kategori zuhud. Padahal hanya merupakan tipu daya Iblis. Di antara perbuatan zuhud yang keliru:
1. Meninggalkan Dunia Sama Sekali.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Orang awam terkadang mendengar celaan terhadap dunia di dalam Al Qur’an yang mulia dan hadits-hadits, lalu dia berpendapat bahwa (jalan) keselamatan adalah meninggalkan dunia. Dia tidak memahami masalah duniawi yang tercela. Kemudian Iblis mempermainkannya, (dengan menyimpulkan) bahwa “engkau tidak akan selamat di akhirat kecuali dengan meninggalkan dunia”. Maka ia pun mengasingkan diri ke gunung-gunung, menjauhi shalat Jumat, shalat jamaah, dan juga (majlis) ilmu. Dia menjadi seperti binatang liar. Dan dikhayalkan kepadanya bahwa inilah zuhud hakiki. Bagaimana tidak, sedangkan dia telah mendengar tentang si A yang berkelana, dan tentang si B yang beribadah di atas gunung.
Padahal, kemungkinan dia memiliki keluarga, sehingga tidak terurus. Atau masih memiliki ibu yang menangis karena ditinggalkan. Ada kemungkinan juga, ia tidak mengetahui rukun-rukun shalat sebagaimana mestinya. Atau mungkin juga, dia masih menanggung beban kezhaliman-kezhalimannya yang belum terselesaikan. Sesungguhnya iblis mampu mengelabuhi orang ini karena kedangkalan ilmunya. Dan termasuk kebodohannya, dia telah puas dengan apa yang dia ketahui.
Seandainya dia diberi bimbingan (oleh Allah) dengan berteman dengan seorang faqiih (ahli agama) yang memahami hakikat-hakikat, niscaya orang faqiih itu akan memberitahukan kepadanya, bahwa pada asalnya dunia tidak tercela. Bagaimana mungkin dunia dicela, segala sesuatu yang dianugerahkan Allah Ta’ala, merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup manusia, dan merupakan sarana yang mendukung manusia dalam meraih ilmu dan ibadah, yang berupa makanan, minuman, pakaian, dan masjid yang digunakan untuk shalat?! Sesungguhnya yang tercela hanyalah mengais bagian dari dunia yang tidak halal, atau mengambilnya dengan berlebihan, tidak sesuai dengan kebutuhannya. Atau tindakan seseorang yang mengikuti kedangkalan jiwanya, tanpa petunjuk syari’at.
Pergi mengasingkan ke gunung-gunung sendirian (hukumnya) terlarang, karena Nabi n melarang seseorang bermalam sendirian [7]. Tindakannya meninggalkan shalat jamaah dan shalat Jum’at merupakan kerugian, bukan keuntungan. Jauh dari ilmu dan ulama akan mengakibatkan ia terkungkung oleh belitan kebodohan. Meninggalkan ayah dan ibu seperti kasus di atas, merupakan‘uquq (kedurhakaan terhadap orang tua), padahal termasuk dosa besar”. [Al Muntaqa An Nafis min Talbis Iblis, hlm. 191-192, Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi].
2. Meninggalkan Hal-hal Mubah, Padahal Bermanfaat.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Di antara tipu daya iblis terhadap orang-orang zuhud, (adalah) iblis menjadikan mereka salah sangka bahwa zuhud (berarti) meninggalkan hal-hal yang mubah (padahal bermanfaat, Pen). Mereka, ada yang tidak menambahi (bahan lain) terhadap roti gandum (yakni hanya makan roti gandum saja, Pen). Di antara mereka, ada yang tidak pernah mencicipi buah-buahan. Ada juga dengan cara mengecilkan porsi makanan, sehingga badannya menjadi kurus-kering. Atau menyiksa diri dengan mengenakan baju dari bulu kambing dan menghindarkan dirinya dari air dingin (segar). Ini bukanlah tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pula tradisi para sahabat dan para pengikut beliau. Mereka dahulu lapar, bila tidak mendapatkan apapun. Namun jika mereka dapat meraihnya, mereka akan memakannya”.[8]
3. Zuhud Lahiriyah Semata.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Salah satu wujud penipuan iblis terhadap orang-orang zuhud, adalah iblis menjadikan mereka keliru dengan makna zuhud, yaitu (dengan cara merasa) puas dengan makanan dan pakaian yang berkualitas rendah saja. Mereka menerima hal itu. Tetapi hati mereka berhasrat terhadap kepemimpinan dan mencari kehormatan. Engkau lihat mereka itu menanti-nanti kunjungan para umara` (penguasa, pejabat). Mereka memuliakan orang-orang kaya, tidak memuliakan orang-orang miskin. Mereka pura-pura khusyu’ tatkala berpapasan dengan orang. Seolah-olah mereka telah keluar dari musyahadah (menyaksikan keagungan Allah). Dan terkadang salah seorang dari mereka menolak harta agar dikatakan “Sesungguhnya telah nampak zuhud baginya”. Padahal mereka termasuk orang yang paling sering keluar-masuk menemui umara (pejabat), dan mencium tangan mereka pada pintu yang paling luas dari wilayah-wilayah dunia, karena sesungguhnya puncak dunia adalah kepimimpinan”.[9]
4. Meninggalkan Harta-Benda Secara Total Dan Menjadikan Kefakiran (Kemiskinan) Sebagai Tujuan Hidup!
Seorang tokoh sufi mengatakan: “Zuhud adalah kosongnya tangan dari segala barang kepemilikan” [10]. Selain itu, ada juga yang menggariskan: “Kefakiran adalah fondasi dan tiang tasawuf”.[11]
Diriwayatkan dari Al Junaid, seorang tokoh sufi, dia berkata: “Aku lebih menyukai agar pemula tidak menyibukkan diri dengan bekerja, jika tidak, maka keadaannya akan berubah”.[12]
Akibat dari anggapan ini, sejarah mencatat kisah-kisah sebagian orang sufi pada zaman tempo dulu yang meninggalkan harta-harta mereka dan mulai berkelana, padahal sebelumnya mereka sabagai orang-orang yang berada.[13]
Anggapan zuhud model orang-orang sufi seperti di atas, bukan bagian dari ajaran Islam. Bahkan sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla dari tujuan hidup mereka itu, yang berorientasi pembinaan kemiskinan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ
Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran, kekurangan (dari perbuatan baik), dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari berbuat zhalim, atau dizhalimi”.[14]
Demikian juga, sifat malas mereka untuk bekerja dengan dalih zuhud yang palsu, menyelisihi anjuran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya untuk mencari pekerjaan yang halal dan mencukup diri sendiri. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Tidaklah seorang pun memakan makanan yang lebih baik daripada dia memakan dari (hasil) jerih payah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah, Dawud Alaihissallam, biasa makan dari (hasil) kerja sendiri”. [15]
Dalam hadits lain, Beliau bersabda:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
Salah seorang di antara kamu yang mengumpulkan kayu bakar di atas punggungnya, lebih baik baginya daripada dia minta kepada seseorang, lalu orang itu memberinya atau menolaknya”. [16]
Hakikat zuhud bukanlah menampik harta duniawi. Banyak sahabat yang kaya-raya, seperti Utsman bin ‘Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, dan lainnya. Kendatipun demikian, mereka adalah tokoh-tokoh orang-orang zuhud.
5. Meninggalkan Pernikahan.
Sebagian orang sufi berkata: “Barangsiapa menikah, maka dia telah memasukkan dunia ke dalam rumahnya … maka waspadalah dari pernikahan!”
Di antara mereka ada yang bertutur: “Seorang laki-laki tidak akan mencapai derajat orang-orang shiddiiq sampai ia meninggalkan istrinya seolah-olah seperti janda, dan (membiarkan) anak-anaknya, seolah-olah mereka itu anak-anak yatim, dan dia menetap di kandang-kandang anjing!” [17] Sudah pasti zuhud ala sufi ini, bukan zuhud yang digariskan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan:
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut di antaramu kepada Allah, dan orang yang paling takwa di antaramu kepadaNya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka; aku shalat (malam) dan tidur; dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci sunnahku (ajaranku), dia bukan dariku”.[18]
Justru zuhud seperti itu berseberangan dengan perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai, para pemuda. Barangsiapa di antara kamu mampu menikah, maka hendaklah dia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka dia wajib berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu penjagaan baginya (dari perzinaan, pen)”.[19]
Setelah kita mengetahui berbagai keterangan di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa zuhud yang benar bukanlah dengan meninggalkan harta dan keluarga, kemudian menyiksa diri dengan begadang dan kelaparan, menyepi di kamar-kamar yang gelap dan membisu dengan tanpa sebab. Demikian juga bukan dengan meninggalkan berbagai hal yang bermanfaat di dunia ini, yang dapat membantu ibadah dan ketaatan kepada Allah, seperti berbagai kemajuan tekhnologi yang tidak bertentangan dengan syari’at yang suci.
Dengan ini mudah-mudahan menjadi jelas bagi kita, perbedaan zuhud yang diajarkan oleh agama Islam, dengan zuhud buatan orang-orang sufi yang menyimpang.
Semoga Allah menampakkan al haq kepada kita sebagai al haq, dan menolong kita untuk mengikutinya. Dan memperlihatkan kebatilan kepada kita sebagai kebatilan, dan menolong kita untuk menjauhinya. Wal hamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ustadz Muslim Al Atsari
Artikel Muslim.Or.Id
Awas! Snouck Hurgonje (Pemurtadan dan Isu Negatif Islam) Baru di Sekitar Kita, Ceramah di Taklim-taklim

Inilah ungkapan seorang titisan Snouck Hurgronje abad 21. Dalam beberapa statusnya di jejaring sosial Facebook, GN (inisial), seorang muallaf bule asal Australia yang sering disebut-sebut ustadz, dan kerap berceramah di majelis-majelis taklim kaum ibu maupun bapak, bernada sangat sinis tentang Front Pembela Islam(FPI) dan Habib Rizieq Syihab.

Dalam statusnya, ia mengatakan, ada banyak laporan rekayasa da sepihak di media terkait kasus insiden Monas. Menurutnya, FPI tidak 100% selalu benar dan wajib didukung. Dan FPI juga tidak 100% salah dan wajib dibubarkan. Bule itu mengatakan, FPI dipelihara secara khusus oleh polisi supaya bisa digunakan untuk mengancam orang-orang tertentu.

“Saya lebih cenderung tidak peduli pada mereka. Apa yang saya lihat di media adalah mereka main hakim sendiri, dan tidak peduli pada pendapat orang lain,” katanya.

Dengan bodohnya, ia juga mengatakan, Ahmadiyah itu bukan suatu “bahaya” besar dan nyata terhadap ummat Islam secara nasional. Jumlah pengikut mereka bisa dihitung karena saking sedikit. Dan perlu diketahui, bahwa Ahmadiyah bukan satu kelompok, tetapi ada banyak pecahan. Ada yang menganggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu hanya seorang wali, sama seperti banyak orang NU bilang Gus Dur adalah wali. Jadi atas itu mereka mau dibunuh tanpa perlu proses pengadilan dulu?

Snouck Hurgronje baru yang kini tinggal di Jakarta ini merekomendasi, kita yang Muslim perlu hati-hati terhadap FPI. Mendukung tidak perlu, dan bergabung dengan orang yang menuntut mereka dibubarkan juga tidak perlu. Tetapi di antara kedua posisi itu, ada banyak hal yang perlu diselediki karena masih belum jelas.

Status yang mendapat komentar pedas dari jamaah facebook ini tak berhenti, keesokan harinya, GN kembali melempar bola panas untuk mengaduk-aduk emosi kaum muslimin di akun FB miliknya. Status kedua, bule usil itu mengatakan, Habib Rizieq akan segera dihujat rame-rame di facebook karena tuduhannya kepada Gubernur Kalteng. Habib pun dituding tidak bertabayun dulu. Ia berharap, Habib akan dihujat sebagai orang JIL, pendukung Yahudi, penyusup, feminis, agen intel asing dan orang yang tidak paham agama. Bule itu mengatakan, habib baru kenal Islam sejak lahir, karena belum mengerti Islam secara baik dan benar.

Agar umat Islam tidak tertipu, kenalilah siapa Snouck Hurgronje baru yang dengan sinis menghujat FPI dan Habib Rizieq Syihab. GN adalah warga asing dari Selandia Baru (& Australia). Lulusan Universitas Griffith, Brisbane, Fakultas Kajian Asia & Fakultas Pendidikan. Masuk Islam tahun 1996, di Jakarta. Sudah 15 tahun menetap di Jakarta, & pindah kerja setiap beberapa tahun. Ia kini masih WNA dan memakai visa. Aktivitas utamanya adalah mengajar bahasa Inggris (tidak aktif). Menulis buku perbandingan agama Islam-Kristen. Belajar agama.

Ia juga memberikan berbagai macam konsultasi seperti agama, muallaf, pendidikan, anak, psikologi anak, kesehatan, parenting, sosial, politik, bisnis, dsb. lewat email, blog, dan pertemuan pribadi. Ceramah sewaktu-waktu (tidak secara rutin). Lalu menulis buku tentang Islam di Indonesia, tentang pendidikan di Indonesia. Membuat buku dan mainan anak, dan membuat produk pendidikan untuk anak (games, dll). Tetap seperti biasa, setiap hari, membahas persoalan agama, pendidikan, sosial, politik, dll, dalam bahasa Indonesia di Blog dan Facebook.

Rupanya si GN sengaja membuat emosi jamaah Facebook meluap-luap. Setelah membuat postingan yang provokatif, lalu ia hapus. Keesokan harinya kembali memancing emosi umat, dan setelah banyak komen, dihapus lagi. Setidaknya ia sudah tiga kali memposting tulisan provokatif dan dihapus. Rupanya ia khawatir, jatidirinya terbongkar, sehingga harus menghapus statusnya.

Mungkin ia lupa, Malaikat sudah mencatat. Catatan itu tak kan ada manusia yang bisa menghapusnya. Subhanallah cara Allah Ta'ala membuka tabir dusta kaum munafiqun. Adapun postingan hadits-hadits, tak lain hanya kedok saja. Kini ia berlindung di balik ketiak mantan Ketua MUI, KH. AMY (inisial). Setelah puas menghujat FPI dan Habib Rizieq, ia mengaku habis ditraktir kiai tersebut.

Harus diakui, umat Islam betul-betul kecewa terhadap media sekuler yang tidak seimbang dalam memberitakan FPI. Kita lelah, Islam (gerakannya) selalu disudutkan, dikerdilkan, karakternya dimutilasi. Ini salah satu alasan banyak orang yang balik cinta dan mendukung FPI Apalagi ditambah dakwah kongkritnya di tempat-tempat bencana, membantu advokasi dan lain-lain, yang hampir tak tersentuh media sekuler.

Mau Tahu Karakter Snouck Hurgronje

Christian Snouck Hurgronje adalah spionase Belanda yang mempelajari Islam dan menyebarkan fitnah di tengah masyarakat Muslim. Dengan menggunakan pengetahuan tentang Islam dan sejarahnya, Snouck menjalankan siasat busuknya untuk mencari kelemahan umat Islam dari dalam.

Di balik ”penelitian ilmiah” itulah, ia melakukan aktivitas spionase, demi kepentingan penjajah dan melanggengkan kekuasaan kolonial. Dengan cara manipulasi, pengkhianatan, dan pura-pura masuk Islam, Snouck berganti nama menjadi Abdul Ghaffar, mempelajari Islam di Mekkah Al Mukarramah, bahkan menunaikan ibadah haji.

Selama di Hijaz, ia berbaur dengan masyarakat Indonesia yang mukim di sana, dan menjalin hubungan erat dengan para ulama Mekkah dan Indonesia, khususnya asal Jawa, Sumatera, dan Aceh. Banyak data-data penting dan informasi yang diperoleh, saat ia memata-matai gerakan anti penjajahan, terutama ihwal rencana para ulama Indonesia yang akan menyerukan jihad melawan Belanda di Tanah Air.

Seperti diketahui, dahulu, musim haji adalah waktu yang tepat berkomunikasi dan saling tukar informasi diantara pemimpin umat dari berbagai belahan dunia. Saat kembali ke Indonesia, Snouck menikahi dua wanita Muslimah, salah satunya anak kiai asal Bandung. Kemudian ia menawarkan diri kepada pemerintah Belanda untuk ditugaskan di Aceh. Yang jelas, banyak informasi yang disuplai Snouck kepada Belanda. Ia membuat laporan panjang yang berjudul ”Kejahatan-kejahatan Aceh”. Laporan ini menjadi acuan dan dasar kebijakan politik dan militer Belanda dalam menghadapi masalah Aceh.

Jaringan intelijen yang dibangun Snouck adalah merangkul mata-mata dari kalangan pribumi, diantaranya ulama Jawa yang membantu pencitraan dirinya sebagai saudara seiman. Ia juga dibantu oleh seorang asisten dari keturunan Arab, yaitu Sayyid Utsman Yahya bin Aqil Al Alawi. Sayyid adalah penasihat pemerintah Belanda dalam urusan Islam dan kaum muslimin.

Snouck lalu merekomendasikan, bahwa yang berada di balik perang dahsyat Aceh dengan Belanda adalah para ulama. Sedangkan tokoh-tokoh formalnya bisa diajak damai dan dijadikan sekutu, karena ia yakin tokoh-tokoh itu hanya memikirkan duniawinya, mengamankan posisinya. ”Islam harus dianggap sebagai faktor negatif karena dialah yang menimbulkan semangat fanatisme agama di kalangan muslimin. Islam membangkitkan kebencian dan permusuhan rakyat Aceh terhadap Belanda,” begitu statemen Snouck. Itulah sebabnya, ia meyakinkan pemerintah Belanda, kekuatan di Aceh bisa ditaklukkan bila ulamanya ”dibersihkan”.

Maka Snouck Hurgronje abad 21 ini (berinisial GN) adalah berupaya memprovokasi umat untuk berhati-hati pada FPI dan Habib Rizieq Syihab. Targetnya adalah mengadu domba sesama kaum muslimin (devide et impera). Ini adalah ungkapan yang sangat jahat. Karena itu umat Islam harus mewaspadai, dan jangan sampai terkecoh. Makhluk ini sangat berbahaya, ia pandai beretorika dan bermulut manis. ***JAKARTA (VoA-Islam) –

YANG DURHAKA GA USAH BACA!!!!!

oleh Fahmi Adestya pada 11 Februari 2012 pukul 4:57 ·
Sebuah Kisah Nyata dari Negeri tetangga Singapura beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.

Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskankan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa akhirnya pada suatu hari mereka bertengkar hebat yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, maka mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu danmenjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya. Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi orang tersebut. Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal.

Dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis tersedu-sedu, menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.

PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian" .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat warisan itu dibatalkan demi hukum! Dan surat warisan yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan sejal saat itu anak menantu itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan / Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak mengwariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak. Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak-anak dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak-anak tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.

Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua merekalah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, juga yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Bagaimana dengan Indonesia?Mohon share ini kepada teman-teman Anda agar menjadi pengingat kepada kita semua.



Salim A. Fillah
Muwajih Nasional DPP PKS
Pembina Majelis Jejak Nabi Masjid Jogokariyan Jogja




  1. Di antara ucapan paling menakjubkan ialah kata-kata seekor #semut ketika bala tentara Sulaiman yang agung merambah negerinya.

  2. Bala tentara jin, insan, burung, & hewan tertata rapi dalam barisan {QS 27: 17}, lalu ayat ke-18 mengabadikan ucap si #semut.

  3. "Wahai para #semut; masuklah ke dalam rumah tinggal kalian; agar Sulaiman & pasukannya tak menginjak kalian sedang mereka tak menyadari."

  4. Sungguh berlimpah pelajaran dari kata-kata sang #semut ini. Pertama; ucapan indah ini ditujukan untuk menyelamatkan kaumnya.

  5. Ucapan yang bertujuan menyelamatkan kehidupan sangat mahal nilainya. Mari kita berlatih untuk bicara hal sedemikian.

  6. Seorang muslim bicara hal yang baik; benar isinya, indah caranya, tepat waktunya, bermanfaat, & berpahala. Atau diam.

  7. Atau setidaknya; selamatkan sesama dari gangguan tangan & lisan kita. Mari bicara mulia, menjaga jiwa, menyelamatkan hidup.

  8. Pelajaran ke-2; Yang hendak diselamatkan #semut adalah sesama semut; yang andaipun mati, tiada kan mempertanggungjawabkan 'amal.

  9. Kalimat #semut menyelamatkan semut ini dimuliakan Al Quran. Maka betapa lebih mulia lagi kalimat manusia tuk selamatkan manusia.

  10. Sebab hidup #semut hanya soal hajat; sedang hidup manusia adalah soal amanah ibadah yang kan dipertanggungjawabkan dengan rinci.

  11. Pelajaran ke-3; ucapan #semut ditujukan untuk menyelamatkan hidup kawan-kawannya di dunia. Ini mulia & Allah mengabadikannya.

  12. Maka alangkah lebih mulia lagi tiap ucapan manusia yang ditujukan untuk menyelamatkan sesama di kehidupan akhiratnya.

  13. Inilah dakwah; ucapan yang merayu-rayu sesama tuk ber-ihsan dalam 'amal & ber-ikhlas dalam hati; mengesakan Allah.

  14. Pelajaran ke-4; #semut pemimpin itu mengatakan, "..Masuklah kalian ke dalam rumah tinggal (maskanah~>masakin) kalian.."

  15. Berkata @dr_almuqbil; Hatta #semut-pun memiliki tempat berdiam & berlindung bagi yang dipimpinnya. Maka hendaklah demikian..

  16. ..tiap insan berusaha agar mampu menyediakan tempat berteduh & bernaung bagi mereka yang ada dalam tanggungjawabnya.

  17. Sebab bagi insan beriman; rumah bukan cuma tempat tinggal; ia juga tempat menyembah Allah, membina keluarga, & menanamkan tauhid.

  18. Firman Allah; "Dan Kami wahyukan kepada Musa & saudaranya, 'Ambillah olehmu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal..

  19. ..bagi kaummu. Jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat & dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah..

  20. ..orang-orang yang beriman." {QS 10: 87}. #Semut berlindung bagi hidup di bumi; insan mengguna rumahnya bagi hayat dunia-akhirat.

  21. Pelajaran ke-5 dari ucapan #semut ialah prasangka baik. Simaklah kalimat, "..Agar Sulaiman & pasukannya tak menginjak kalian..

  22. ..sedang MEREKA TAK MENYADARINYA" {QS 27: 18}. Alangkah mulia si #semut yang berprasangka baik bahwa jikapun mereka terinjak..

  23. ..pastilah itu tanpa sengaja; sebab Sulaiman & bala tentaranya tak menyadari kehadiran para #semut di bawah kaki mereka.

  24. Betapa jelita prasangka baik pada sesama hamba Allah; sebab buruk sangka pada saudara hakikatnya adalah menuduh diri sendiri.

  25. Yakni; membayangkan bahwa seandainya kita berada di posisi beliau; kita akan melakukan hal buruk yang kita tuduhkan.

Prinsip Seorang Muslim Kala Mengais Rizki dan Ingin Sembuh dari Penyakit

Kategori: Aqidah
6 Komentar // 24 February 2012
Dalam mengais rezeki, hendaknya setiap muslim selalu berprinsip mencari yang halal, bukan sekedar mendapatkan yang banyak. Begitu pula saat menerima cobaan berupa sakit, maka hendaknya memperhatikan pengobatan yang disyariatkan agama, tidak berprinsip “yang penting cepat sembuh.” Mari kita perhatikan hal-hal yang menyangkut cara berpikir yang harus ada pada diri seorang muslim.
1. Rezeki setiap manusia bahkan setiap makhluk sudah dijamin Allah Ta’ala
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ } [هود: 6]
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud: 6).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia Yang menjamin akan rezeki seluruh makhluk, dari seluruh binatang melata di bumi, besar kecil dan daratan atau lautannya.” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim, pada ayat di atas).
Syaikh As Sa’dy rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah seluruh yang berjalan di atas muka bumi baik dari manusia atau hewan darat atau laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan makanan mereka, semuanya ditanggung Allah.” (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam ayat di atas).
 {وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا الله يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [العنكبوت: 60]
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri.  Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60).
2.  Rezeki setiap manusia sudah ditakdirkan Allah Ta’ala
Oleh karenanya, tidak akan pernah si A mengambil dan mendapatkan rezeki kecuali yang sudah ditakdirkan untuknya. Tidak akan pernah mungkin si A mengambil rezeki yang telah di tetapkan dalam takdir Allah untuk si B.
عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ الله رضى الله عنه قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ « إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِى لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا ».
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (HR. Tirmidzi).
A Hasan Al Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Apa Rahasia di dalam zuhudmu di dalam dunia?” Beliau menjawab,
علمت بأن رزقي لن يأخذه غيري فاطمئن قلبي له , وعلمت بأن عملي لا يقوم به غيري فاشتغلت به , وعلمت أن الله مطلع علي فاستحيت أن أقابله على معصية , وعلمت أن الموت ينتظرني فأعددت الزاد للقاء الله
Aku telah mengetahui bahwa rezekiku tidak akan pernah ada yang mengambilnya selainku, maka tenanglah hatiku untuknya, dan aku telah mengetahui bahwa ilmuku tidak akan ada yang melaksanakannya selainku, maka aku menyibukkan diri dengannya, aku telah mengetahui bahwa Allah mengawasiku, maka aku malu berhadapan dengannya dalam keadaan maksiat, aku telah mengetahui bahwa kematian menghadangku, maka aku telah siapkan untuk bekal bertemu dengan Allah.”
قال البيهقي بسنده إلى مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي عَبْدَانَ،أنه قَالَ: قِيلَ لِحَاتِمٍ الأصَمِّ: عَلَى مَا بَنَيْتَ أَمَرَكَ هَذَا مِنَ التَّوَكُّلِ؟ قَالَ: عَلَى أَرْبَعِ خِلالٍ: ” عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لا يَأْكُلُهُ غَيْرِي، فَلَسْتُ اهْتَمُّ لَهُ، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لا يَعْمَلُهُ غَيْرِي، فَأَنَا مَشْغُولٌ بِهِ، وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَأْتِينِي بَغْتَةً، فَأَنَا أُبَادِرَهُ، وَعَلِمْتُ أَنِّي بِعَيْنِ اللهِ فِي كُلِّ حَالٍ، فَأَنَا مُسْتَحْيِيٍ مِنْهُ “
Al Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Abi Abdan beliau berkata: “Hatim Al Asham pernah bertanya: “Atas apa kamu membangun perkaramu ini adalah merupakan sikap tawakkal?“ Beliau berkata, “Di atas empat perkara: “Aku telah mengetahuI bahwa rezekiku tidak ada yang akan memakannya selainku, maka aku tidak memperhatikannya, aku telah mengetahui bahwa ilmuku tidak ada yang akan mengamalkannya selainku maka aku sibuk dengannya, aku telah mengetahui bajwa kematian akan mendatangiku secara tiba-tiba maka aku bersegera (mengambil bekal) dan aku telah mengetahui bahwa aku senantiasa dalam penglihatan Allah setiap saat, maka aku malu dari-Nya.” (Atsar riwayat Al Baihaqi).
3. Seorang manusia tidak akan pernah dicabut nyawanya melainkan sudah menyempurnakan rezeki yang ditakdirkan untuknya
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- «أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ».
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah di dalam mencari (rezeki), karena sesungguhnya setiap yang yang bernyawa tidak akan pernah mati sampai dia menyempurnakan rezekinya, meskipun kadang terlambat datang untuknya, maka bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari (rezeki), (yaitu) ambillah apa yang telah dihalalkan tinggalkanlah apa yang telah diharamkan.” (HR. Ibnu Majah).
4. Allah-lah satu-satu-Nya yang menyembuhkan penyakit
 {وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} [الشعراء: 80]
 “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy Syu’ara:80).
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا – أَوْ أُتِىَ بِهِ – قَالَ «أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika menjenguk orang sakit atau di datangkan kepada beliau, beliau berdoa: “Adz-hibil ba’sa robban naasi, isyfi wa antasy syaafi, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifa-an laa yughodiru saqoman” (Hilangkanlah penyakit, wahai penguasa manusia, sembuhkanlah sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan satu penyakit pun).” (HR. Bukhari).
Dan Allah telah memerintahkan kita untuk tidak berobat dengan sesuatu yang haram. Mari perhatikan perkataan seorang shahabat nabi yang mengambil 70 surat langsung dari mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ الله لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian di dalam sesuatu yang telah diharamkan-Nya atas kalian.” (HR. Bukhari).
5. Penyakit merupakan penebus dosa
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ رضى الله عنه قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ الله أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau bersabda, “Para Nabi kemudian orang-orang yang di bawahnya kemudian orang-orang yang di bawahnya. Seorang hamba akan diuji sesuai dengan (kualitas) agamanya, jika di dalam agamanya terdapat kekuatan maka akan bertambah berat ujiannya, dan jika di dalam agamanya terdapat kelemahan maka dia akan diuji sesuai dengan kekuatan agamanaya. Masih saja ujian diarasakan oleh seorang hamba sampai dia berjalan di atas bumi dan akhirnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah)
6. Sembuh atau tidak sembuh sudah ditakdirkan Allah Ta’ala
Terakhir, kawan pembaca…
Sesudah membaca tulisan singkat ini, insyaAllah kita muslim yang tidak akan pernah:
  • Menanggalkan akidah kita, hanya untuk mendapatkan harta dunia yang tidak kekal dan tidak akan bisa dibawa ke dalam kubur.
  • Menanggalkan akidah kita, hanya untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
Beberapa contoh menanggalkan akidah ketika mengais rezeki
  1. Meminta bantuan kepada jin, khadam, orang pintar, para dukun, tukang sihir dalam mendatangkan harta.
  2. Memakai jimat baik dicincin, di gantung di toko, di gantung di dalam rumah, yang diyakini pemulus rezeki.
  3. Memakai segala cara untuk mendapatkan harta baik dengan; menipu, mencuri, memalsukan data, korupsi, memalsukan barang dan sebagainya, dan ini poin lebih ringan daripada no 1 dan 2. Dan masih banyak cara yang lain yang haram.
Beberapa contoh menanggalkan akidah ketika berobat
  1. Mendatangi orang pintar, ahli magic spiritual yang mengobati dengan meminta bantuan jin.
  2. Memakai jimat yang diyakini menyembuhkan penyakit
  3. Membuat sesajen yang diperuntukkan kepada selain Allah sebagai syarat kesembuhan penyakit.
Tulisan singkat ini tidak lain agar kaum muslim lebih memperhatikan bagaimana mengais rezeki yang halal dan bagaimana berobat dengan cara yang halal, daripada hanya memperhatikan yang penting banyak dapat harta atau yang penting cepat sembuh, tetapi dapat murka dan siksa Allah Ta’ala.
Tapi jika dengan cara yang halal akhirnya banyak dapat rezeki dan cepat sembuh dari penyakit, maka itu adalah karunia dari Allah Ta’ala yang harus lebih disyukuri. Wallahu a’lam.

*) Ahad, 28 Shafar 1433H, Dammam KSA

Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc

Cegah Korupsi, Denda Tilang Bisa Titip di BRI


REP | 05 February 2012 | 17:15 Dibaca: 455   Komentar: 14   1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat “Di negeri ini hanya ada tiga polisi jujur: patung polisi, polisi tidur dan polisi Hoegeng” – Gus Dur.
http://1.bp.blogspot.com
http://1.bp.blogspot.com
Hoegeng  Imam Santoso (1921—2004) adalah salah satu tokoh militer Indonesia, menjabat sebagai Kapolri dengan masa jabatan 9 Mei 1968—2 Oktober 1971. Kisah hidup polisi jujur ini pernah di angkat dalam acara Kick Andy (27 Maret 2009). Tapi saya tidak sedang ini mengangkat profil beliau, saya  ingin mengangkat salah satu polisi yang bertugas menjaga ketertiban masyarakat di jalan raya yaitu Polisi Lalu Lintas (Polantas).
Akhir-akhir ini dengan meningkatnya angka kecelakaan, polisi rajin sekali mengadakan razia. Sebuah langkah bagus yang harus dilakukan polisi mengingat fungsi polisi yaitu memelihara keamanan, ketertiban,  menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat.
Dengan fungsinya yang seperti itu seharusnya merupakan sahabat kental dari masyarakat tapi dalam kenyataannya polisi malah disumpah serapahi. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat yang tidak  mau ditertibkan atau polisinya sendiri yang tidak bisa tertib.
Sebagai contoh, salah satu “musuh” masyarakat yang mudah kita temui adalah polisi lalu lintas (Polantas). Biasanya masyarakat marah dan (mungkin) menaruh dendam pada Polantas karena pernah ditilang. Masyarakat marah, karena memang mereka salah dan enggan untuk mengakuinya kesalahannya, misalnya tidak punya SIM, tidak  bawa STNK atau tidak mengunakan helm. Jadilah mereka di tilang, toh memang fungsi polisi untuk memelihara keamanan dan ketertiban, tidak ada tugas polisi yang cuma himbau-menghimbau.
Karena mungkin tidak punya uang, malas berurusan dengan birokrasi, administrasi, tak ada waktu untuk ke pengadilan, akhirnya kita pilih jalan “damai”. Alhasil lahirlah tugas Polantas yang baru, “teciptanya jalan “damai” untuk masyarakat di jalan raya”.  Oknum polisi seperti ini juga menjadikan mereka di musuhi masyarakat.
Selanjutnya saya ingin berbagi cerita, jadi saya tidak kerja dan tidak kuliah pada tanggal 28 Desember 2011, kena tilang. Saya ditilang dibawah flyover menuju Universitas Indonesia dari arah Pasar Minggu, saya diberhentikan polisi karena saya tidak menyalakan lampu pada siang hari. Aih, padahal biasanya saya selalu menyalakan lampu, sudah nasib mungkin, ambil hikmahnya ambil indahnya.
Jalan damai tidak saya pilih, polisi pun tidak mengajukan. saya menghargai dan tidak ingin merendahkan tugas mulia pak Polantas untuk menjaga ketertiban. Akhirnya saya pilih jalur sidang. Saya teringat bahwa kita bisa bayar biaya titipan sidang ke Bank BRI dengan meminta slip/blangko penilangan berwarna biru pada Polantas yang menilang, sehingga kita bisa langsung ambil SIM/STNK yang ditahan polisi pada hari itu juga dengan menyertakan bukti penyetoran dari Bank.
Saya akan membuat alur sederhananya.
Tilang minta slip biru –> setor titipan denda sidang ke Bank BRI yang ditunjuk –> foto kopi slip tilang, bukti setoran dan KTP @2 lembar –> kembali ke polisi yang menilang –> SIM/STNK yang ditahan bisa diambil.
Jika merasa uang yang kita titipkan terlalu besar dan kita ingin sisa titipan denda tilang itu kita ambil maka caranya seperti ini.
Datang ke persidangan sesuai dengan tanggal sidang yang tertera pada slip tilang –> serahkan foto kopi slip tilang, bukti setoran dan KTP –> terima jumlah denda keputusan sidang –> datang ke Bank BRI tempat penyetoran –> customer service –> serahkan bukti keputusan sidang, foto kopi slip tilang, bukti setoran dan KTP –>teller –> sisa titipan denda tilang kita terima –> selesai.
Penjelasannya,
Membayar tilang melalui Bank belum pernah saya lakukan, jadi karena penasaran akhirnya saya pilih slip biru dan bayar langsung ke Bank, semoga pengalaman memabayar tilang di Bank ini bermanfaat untuk masyarakat semua.
Membayar di Bank memang lebih cepatdan menghemat waktu daripada menunggu sidang meski begitu tapi memang kalah cepat dibandingakan jalan “damai”. Setidaknya dengan cara itu kita bisa mengurangi tingkat penyauapan di jalan raya.
Sedikit ribet memang, tapi selama kita ikuti prosedur yang ada, niscaya kita bisa melewati. Pertama, kita harus minta slip warna biru pada polisi, disitu akan ditulis berapa uang yang harus disetorkan dan Bank BRI cabang mana tempat membayar. Ketika itu saya harus menyetorkan 100 ribu rupiah, karena tidak menyalakan  lampu, astaga 100ribu, bagi saya yang tidak kerja juga tidak kuliah itu besar sekali, tapi biarlah ini demi mengurangi penyuapan dan setidaknya uang tersebut tidak masuk ke kantong pribadi polisi. Uang tersebut harus disetorkan melalui Bank BRI cabang jalan Nusantara, Depok.
Kemudian setelah menyetor jangan lupa di foto kopi slip tilang, bukti pembayaran dan KTP masing-masing dualembar. Setalah itu bawa slip tilang, bukti pembayaran dan KTP kepada polisi yang menilang. SIM atau STNK yang di tahan bisa langsung diambil. Sampai sini sebenarnya kita bisa sudah tidak ada urusan lagi pada polisi, pengadilan maupun Bank. Tapi kalau kita masih mau ambil uang sisa titipan sidang, maka kita masih punya urusan dengan pengadilan dan Bank.
Oia, pengalaman saya, ketika selesai menyetor ke Bank, saya tidak bertemu dengan polisi yang menilang saya, jadi SIM sudah disetorkan diambil ke bagian di staf tilang Satlantas kota Depok. Ternyata memang biaya denda tidak sampai 100ribu, jadi uang kembali bisa saya ambil dengan mengikuti persidangan, disitu akan diketahui berapa jumlah denda sidang.
Seperti yang saya bilang tadi, tanpa mengabil sisa dendapun kita sudah selesai dengan polisi pengadilan maupun Bank. Karena perkiraan cuma 50ribu denda tilang maka, karena saya tidak kuliah juga tidak kerja yang artinya tidak ada kesibukan maka saya ikut persidangan dan saya butuh itu uang.
Di persidangan benar saja denda tilang hanya 50 ribu. Jadi saya bisa ambil uang kelebihan tilang di Bank BRI tempat penyetoran, yaitu BRI nusantara. Di Bank, kita bawa bukti keputusan sidang, fotokopi slip tilang, KTP dan bukti penyetoran. Dengan menghubungi customer service segala macam administrasi diserahkan, kemudia teller akan memanggil kita dan menyerahkan sisa kelebihan titipan denda tilang. Dan kelebihan denda saya terima, 50 ribu. Sekarang kita benar-benar selesai dengan polisi, pengadilan dan Bank.
Selesai sudah, meski ribet dan memakan waktu, tapi inilah salah satu cara untuk mengurangi penyuapan. Mulai mengurangi korupsi di negeri ini dari kita sendiri, dari yang kecil dan mulai dari saat ini. Semoga bermanfaat, selalu bawa kelengkapan dalam berkendara dan hati-hati di jalan, kalau sudah sampai jangan lupa sms ya..hehehe :)

3 Cara Menghadapi Kegagalan

oleh Eko Faiq pada 25 Februari 2012 pukul 0:36 ·
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan,yaitu di saat apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Kita perlu belajar bagaimana menyiasati kegagalan tersebut,karena semua guru sukses mengatakan bahwa gagal dan berhasil itu sudah di kemas dalam satu paket.

Hanya sering kita tidak sabar dalam proses untuk mendapatkan keberhasilan, dan cepat mengeluh,menyalahka n orang lain dan mencari2 alasan untuk berhenti bertindak apabila menemukan kegagalan.

Ada beberapa type orang dalam merespon kegagalan :

1. Mencari kambing hitam,menyangkal dan mencari pembenaran.

Kebanyakan orang akan melakukan hal ini, ketika menemui kegagalan. Merasa frustasi dan akhirnya berhenti bertindak dan menyerah.Mereka akan berkata kepada orang lain : "wah, saya nggak berbakat", "pemerintah itu tidak adil ", "karyawan saya kurang ajar"
"benar kan kata saya, bisnis itu susah "

2. Mengulang tindakan yg sama tanpa merubah strategi.

Orang type seperti ini, masih lebih bagus, karena mereka yakin dan masih mencoba tetap bertindak untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi mereka lupa bahwa tindakan yang mereka ambil masih sama dengan yg pernah mereka lakukan. Jadi mereka menggunakan pendekatan, cara2 yg sama dan terus mengulang-ulang tanpa pernah merubah strategi yg di gunakan.

3. Belajar dari kesalahan,merubah strategi dan terus bertindak.

Pola seperti ini yang orang2 sukses gunakan, mereka tidak pernah merasa gagal, mengeluh, menyalahkan orang lain. Mereka terus belajar , merubah strategi dan melakukan apapun yang di perlukan sampai mendapatkan tujuan

Untuk mendapatkan hasil yang berbeda,tindakan anda juga harus berbeda.

Hidup adalah pilihan, dan kita bertanggung jawab penuh atas kehidupan kita sendiri, bukan orang lain, bukan atasan kita dan juga bukan pula pemerintah.

#Ketika saya gagal, pernah teringat motifasinya om Djodi Ismanto ini.
Berikut saya share. Mudah2an menjadi inspirasi juga buat rekan2 yg baru memulai usaha.
Salam Sukses..

PEMIMPIN DAN HASTABRATA

oleh Sonny Sumarsono Wuryadi pada 28 Januari 2012 pukul 16:38 ·
Bapak saya dulu boleh dikata adalah seorang pemimpin, meskipun cuma di daerah, dan tidak pula terkenal namanya. Namun sebagai pemimpin, beliau selalu menasehatkan kepada kami anak-anaknya, bahwa seorang pemimpin itu harus bisa menjalankan sesanggeman atau filosofi Jawa yang disebut " hastabrata".  Artinya seorang pemimpin harus berwatak 8, yaitu berwatak layaknya : bumi, api, air, angin, matahari, bulan (chandra), bintang (kartika), dan langit (angkasa). Lantas beliau menguraikan satu persatu.
  1. Berwatak seperti bumi artinya : Bumi adalah tempat berpijak, dan tempat untuk tumbuhnya berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia. Jadi seorang pemimpin juga harus menjadi tumpuan bertumbuh dan berkembangnya semua orang.
  2. Berwatak layaknya agni ( api ) artinya : Api sanggup membakar apa saja yang menjadi musuh. Api juga bisa mematangkan apa saja yang diperlukan. Tentu saja yang dimaksudkan beliau adalah dalam arti yang konstruktif ! Dalam hal ini ditandaskan oleh beliau, bahwa seorang pemimpin harus bisa punya kesanggupan dan keberanian untuk melenyapkan hal2 yang menghambat dinamika kehidupanbangsa & negara, misalnya : angkara murka, rakus, korupsi dsb.
  3. Berwatak bagaikan tirta ( air ) artinya : Air selalu mengalir dinamis, maka seorang pemimpin harus memiliki watak rendah hati, andap asor, santun, tidak sombong. Pemimpin yang baik harus mampu mendistribusikan kekuasaan dan kewenangannya, agar tidak menumpuk, dan tugaspun dapat terlaksana dengan cepat dan lancar. Sebagai pemimpin harus adil dalam menjalankan kebijakan, terutama yang terkait dengan hajat hidup orang banyak.
  4. Berwatak sebagai angin artinya : Seperti layaknya angin yang memberi suasana semilir sejuk. maka seorang pemimpin harus bisa memberikan hak hidup seluruh warganya. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mengembangkan diri, mendapatkan pekerjaan, menyampaikan pendapat, dan berkebudayaan.
  5. Berwatak seperti surya ( matahari ) artinya : Seorang pemimpin harus bisa menjadi penerang kehidupan dan bisa memberikan energi kehidupan bagi masyarakatnya.
  6. Berwatak laksana chandra ( bulan ) artinya : Bulan itu memberikan terang dalam kegelapan dengan sinarnya yang lembut. Karena itu pemimpin harus penuh kearifan, disamping harus sebagai seorang visioner.
  7. Berwatak bagaikan kartika ( bintang ) artinya : Seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan, dan bisa menyelami perasaan masyarakatnya.
  8. Berwatak layaknya angkasa ( langit ) artinya : Langit yang membentang luas di angkasa, menyiratkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai keleluasaan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi persoalan bangsa dan negara. Sabar, ikhlas, dan bening dalam memberikan pelayanan kepada warganya.
Rupanya sesanggeman itulah yang dijalankan oleh beliau saat mengabdi pada negara dan bangsa ini, pada jaman setelah kemerdekaan. Apakah hastabrata ini masih relevan dan dibutuhkan pada jaman yang sudah berubah ini ? Itu terserah pada pendapat anda dan bangsa ini ! Namun bagi saya bersaudara, petuah ini sangat berarti, dan kamipun mencoba untuk melaksanakannya dalam kehidupan....meskipun hanya sebagai pemimpin rumah tangga ! Hmmm.....


Bukit Indah, 27 Pebruari 2012
Sonny Sumarsono Wuryadi
MY WAY

And now, the end is near,
And so I face the final curtain.
My friends, I'll say it clear;
I'll state my case of which I'm certain.

I've lived a life that's full -
I've travelled each and every highway.
And more, much more than this,
I did it my way.

Regrets? I've had a few,
But then again, too few to mention.
I did what I had to do
And saw it through without exemption.

I planned each charted course -
Each careful step along the byway,
And more, much more than this,
I did it my way.

Yes, there were times, I'm sure you knew,
When I bit off more than I could chew,
But through it all, when there was doubt,
I ate it up and spit it out.
I faced it all and I stood tall
And did it my way.

I've loved, I've laughed and cried,
I've had my fill - my share of losing.
But now, as tears subside,
I find it all so amusing.

To think I did all that,
And may I say, not in a shy way -
Oh no. Oh no, not me.
I did it my way.

For what is a man? What has he got?
If not himself - Then he has naught.
To say the things he truly feels
And not the words of one who kneels.
The record shows I took the blows
And did it my way.

Yes, it was my way.

ELANG DAN KALKUN

oleh Strawberry pada 4 Maret 2012 pukul 15:52 ·
Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.

Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.

Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.

Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.

Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.

Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”

Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.

Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.

Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.

Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.

Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…

Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

... BERKAH SEBUAH KETAKWAAN ...

oleh Strawberry pada 4 Maret 2012 pukul 3:41 ·
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman - temannya : "Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing- masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya: "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?" Sambil bergetar ibunya menjawab: "Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?" Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata: "Ayahmu itu dulu seorang pencuri?"!

Pemuda itu berkata: "Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Ibunya menyela: "Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?" Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab: "Ya, begitu kata guruku." Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya.

Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya' dan menunggu sampai semua orang tidur.

Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditingalkannya.

Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya: "Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim".

Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. "Ha, di sini", gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya.

Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak.

Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata: "Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu."

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudia dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabis-kan waktu berjam-jam.

Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri: "Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!" Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat.

Isterinya bertanya: "Apa ini?" Dijawab suaminya: "Demi Allah, aku juga tidak tahu." Lalu dia menghampiri pencuri itu: "Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?"

Si pencuri berkata: "Shalat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumah-lah yang berhak jadi imam".

Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Selesai shalat dia bertanya: "Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?" Dia menjawab: "Saya ini pencuri". "Lalu apa yang kau per-buat dengan buku-buku catatanku itu?", tanya tuan rumah lagi.

Si pencuri menjawab: "Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak", Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu ke-heranan. Lalu dia berkata: "Hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?"

Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata: "Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekre-taris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku."

Ia menjawab: "Aku setuju."

Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya.

~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#------------------------------------------------.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ....

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

(¯`v´¯)Misteri jodoh si lelaki buta(¯`v´¯)`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤♥ ✿ •*¨`*• •´*¨`*•✿ ♥

oleh Strawberry pada 3 Maret 2012 pukul 19:11 ·

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Kisah ini dipaparkan oleh Syaik abdul Aziz bin Abdul Kariem Al-Aql dalam salah satu ceramahnya yang berjudul "kisah dan pelajaran"

Syaikh Abdul Aziz menuturkan, "Di antara kisah (misteri jodoh) yang pernah saya ketahui adalah seorang pria dari kerabat saya yang hafal Qur'an dan shalih.

Ia orang yang dikenal rajin bersilaturahim, teguh pendirian agamanya dan selalu taat pada Allah dan dia seorang yang buta.

Suatu hari dia bertanya kepada saya,

"Ananda, ---waktu itu saya berumur 17 tahun--- , kenapa kamu belum menikah ?"

"Hingga Allah memberi saya rizki" jawab saya.

"Ananda, bersikap jujurlah pada Allah, ketuklah pintu Allah dan berharap pintu kelapangan akan terbuka." Ungkapnya.

Ia melanjutkan nasihatnya, "Duduklah ananda, aku akan menceritakan kepadamu, apa yang pernah aku alami dulu".

Ia diam sejenak, lalu melanjutkan kisahnya,

"Aku dulu benar-benar miskin. Ayah dan ibu ku juga orang miskin. Kami semua sangat miskin.

Aku sendiri semenjak dilahirkan sudah buta, pendek dan jelek. Segala sifat yang tidak disukai wanita ada padaku.

Kemudian aku sangat menginginkan seorang wanita, akan tetapi hanya kepada Allah aku curahkan segala perasaan hatiku. Dengan kondisiku yang seperti ini, akan sulit rasanya untuk mendapatkan seorang isteri.

Akupun mendatangi ayahku kemudian mengutarakan keinginanku,

"Ayahanda, aku ingin menikah."

kontan ayahku tertawa. Aku memahami bahwa derai tawa ayahku adalah isyarat agar aku berputus asa dan melupakan keinginanku untuk segera menikah. Bahkan ayahku bertanya,

"Apakah engkau gila nak ? Siapa yang mau mengambilmu sebagai menantu ? Kamu buta, kemudian keluarga kita sangat miskin. Sadarlah nak. Tidak ada jalan untuk itu."

Kemudian aku pergi menemui ibuku, mengadukan hal ini. Aku berharap, barangkali ibu bisa membujuk ayahku. Tapi, nyaris saja aku menangis ketika ibu mengucapkan nasihatnya,

"Ananda, kamu mau menikah ?Apakah kamu tidak waras, nakSiapa wanita yang mau sama kamu ?Darimana kamu mendapatkan harta ?

Kamu tahu, bahwa kita semuanya sangat membutuhkan sedikit harta untuk bertahan hidup. Kamu juga harus tahu bahwa hutang kita menumpuk, nak"

aku tidak berputus asa. Aku ulangi upayaku itu sedemikian rupa kepada ayah dan ibuku. Akan tetapi keputusannya tetap tidak berubah.

Pada suatu malam, aku berkata dalam hati, "Mengapa aku tidak mengadukan hal ini kepada Allah ? Mengapa hanya meminta pada ayah dan ibuku yang memang tidak mampu apa-apa ?

Maka kuangkat tanganku memohon kepada Allah,

" Ya Allah, mereka mengatakan kalau aku miskin, padahal Engkaulah yang membuat aku miskin.

Mereka mengatakan bahwa aku buta, padahal Engkaulah yang menciptakanku

Ya Allah, Engkaulah Rabbku, tidak ada yang berhak diibadahi selain Engkau.

Engkau Maha Mengetahui apa yang ada dalam jiwaku.

Engkau Maha Mengetahui keinginanku untuk menikah dan aku tiada daya akan hal itu.

Ya Allah, orang tuaku memang tak mampu, Tapi Engkau adalah Yang Mulia Lagi Maha Perkasa, tidak terkalahkan oleh apapun.

Ya Allah, anugerahkan istri yang penuh berkah, shalihah dan cantik jelita yang menyenangkan hatiku dan menenangkan jiwaku."

Aku berdoa sambil kedua mataku mengucurkan air mata dan hatiku meratap tangis, merendah di hadapan Allah.

Karena aku shalat malam di awal waktu, maka akupun mengantuk dan tertidur. Dalam tidur, aku bermimpi berada disebuah tempat yang sangat panas, seperti ada kobaran api yang sangat dahsyat.

Tidak berapa lama, aku melihat ada sebuah kemah yang turun dari langit. Kemah yang sangat indah dan mempesona, belum pernah aku melihat kemah seperti itu sebelumnya. Hingga kemah turun di atasku dan bahkan memayungiku.

Bersamaan dengan itu, ada hawa dingin yang aku tidak mampu kuceritakan bagaimana rasanya, karena benar-benar membawa kedamaian, hingga aku terbangun karena kedinginan setelah sebelumnya merasa udara panas yang amat sangat.

Aku terbangun dan perasaanku sangat senang dengan mimpi tersebut. Di pagi buta aku menemui seorang ulama yang mampu menakwilkan mimpi.

Setelah aku menceritakan mimpi itu, ulama tersebut berkata,

"Ananda, apakah engkau sudah menikah ? Kalau belum, mengapa kamu tidak menikah ?"

"Belum, demi Allah saya belum menikah" jawabku.

"Mengapa engkau tidak menikah ?" tanyanya, lagi.

"Demi Allah, ya syaikh, seperti engkau ketahui aku adalah orang buta lagi miskin serta buruk rupa." keluhku.

"Ananda, apakah tadi malam engkau mengetuk pintu Rabbmu ?" Tanyanya lagi.

"Ya, aku mengetuk pintu Rabbku." Jawabku.

Syaikh itu berkata,

"Pergilah ananda, perhatikanlah gadis yang paling cantik dalam benakmu dan pinanglah, karena pintu itu telah terbuka untukmu.

Ambilah yang terbaik dari yang ada dalam dirimu dan janganlah merasa rendah dengan mengatakan, "Aku adalah seorang yang buta, maka aku akan mencari wanita yang buta pula. Kalaupun tidak buta, maka cukup yang begini, yang bigitu."

Tetapi perhatikanlah gadis yang terbaik, karena pintu itu telah dibuka untukmu."

setelah aku berpikir, aku memilih gadis yang dikenal sebagai gadis yang paling cantik di daerah itu di samping memiliki nasab dan keluarga terhormat.

Maka akupun mendatangi ayah. Kukatakan kepada beliau, barangkali beliau mau pergi menemui mereka untuk melamarkan meminang gadis itu untukku.

Tapi ayahku menolak dengan keras. Dia benar-benar tidak setuju, mengingat wajahku yang buruk dan betapa miskinnya aku, apalagi gadis yang kuinginkan adalah gadis yang paling cantik di daerah itu.

Maka akupun pergi sendiri.

Aku bertamu pada keluarga itu, mengucapkan salam kepada mereka dan mengatakan keinginanku kepada orang tuannya.

"Saya menginginkan fulanah (maksudku putrinya)."

"Kamu menginginkan putriku ?" Tanya mereka.

" Ya, benar." Jawabku.

"Demi Allah, ahlan wa sahlan, putra fulan. Selamat datang wahai pembawa Al-Qur'an. Demi Allah, ananda, kami tidak mendapatkan laki-laki yang lebih baik darimu. Akan tetapi aku berharap agar putriku mau menerimanya."

kemudian ia pergi menemui putrinya dan mengatakan, "Wahai putriku. Ini fulan datang meminangmu. Memang dia buta, tetapi dia hafal Al-Qur'an. Dia menyimpan Al-Qur'an dalam dadanya. Kalau engkau rela ia menjadi suamimu, maka bertawakallah kepada Allah".

Sang putripun menjawab, "Ayahanda, kalau itu sudah menjadi pendapatmu, aku tidak memiliki pilihan lain. Aku bertawakal kepada Allah."

selang sepekan kemudian, wanita cantik itupun menjadi istri bagi si buta yang miskin, dengan taufik Allah dan kemudahan dari-NYA, juga karena keutamaan Al-Qur'an. Alhamdulillah." Demikian, orang itu mengakhiri kisahnya.

Demikian pula, berakhir penuturan Syaikh Abdul Aziz.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

Renungan dan Wasiat Untuk Orang Tua dan Para Pendidik Anak-anak Islam

oleh Karomah Multimedia pada 5 Maret 2012 pukul 17:28 ·
Renungan dan Wasiat Untuk Orang Tua dan Para Pendidik Anak-anak Islam

Anak adalah nikmat ALLOH yang tak ternilai dan pemberian yang tidak terhingga. Tidak ada yang lebih tahu besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Kita lihat mereka ke sana ke mari mencurahkan tenaga, waktu dan biaya dalam usaha dan berobat untuk mendapatkan anak.

Nikmat yang agung berupa anak ini merupakan amanah bagi dua orang tua, yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya, apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rasulullah bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya." (Muttafaq 'alaih)

Mengenai besarnya tanggung jawab dalam mendidik anak, maka Imam Ibnu Qayyimal-Jauziyah telah menyatakan, "Barang siapa yang melalaikan pendidikan anaknya, yakni dengan tidak mengajarkan hal-hal yang bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia telah berbuat buruk yang teramat sangat. Mayoritas anak yang jatuh di dalam kerusakan tidak lain karena kesalahan orang tuanya dan tidak adanya perhatian terhadap anak-anak tersebut. Juga tidak mangajarkan kepada mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya, mereka telantarkan anaknya semenjak kecil, sehingga mereka tak dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang tuanya, manakala mereka telah tua."

Untuk itu para orang tua selayaknya memperhatikan masalah-masalah penting seputar pendidikan anak. Di antara yang patut untuk kita renungkan adalah hal-hal berikut ini:

1. Tumbuhkan Jiwa Kehambaan
Pada dasarnya tujuan pokok dalam mendidik anak adalah untuk menumbuhkan dan membangkitkan jiwa kehambaan dalam diri mereka. Menyiramkan dalam jiwa mereka dan senantiasa membiasakan sikap tersebut. Merupakan nikmat ALLOH adalah bahwa mereka diciptakan dalam keadaan fithrah ISLAM, sehingga yang dibutuhkan adalah menjaga, mengontrol dan memperhatikan agar tidak menyimpang dari fithrahnya.

2. Mendidik Anak adalah Ibadah
Seorang ayah dan ibu tatkala mendidik anak, memberi nafkah, menjaga hingga larut malam, mengawasi dan mengajar mereka, maka saat itu dia sedang melakukan ibadah kepada ALLOH. Bahkan ketika mengajak bergurau dan bercanda juga termasuk ibadah, jika memang diniatkan untuk itu.
Memberi nafkah kepada keluarga -sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim- adalah termasuk ibadah, dan bahkan pahalanya sangat besar melebihi infak kepada selainnya. Dan dalam hadits muttafaq 'alaih Rasulullah bersabda,
"Jika seseorang memberi nafkah kepada keluarganya dengan suatu nafkah untuk mengharap ridha ALLOH dalam nafkah tersebut, maka dia mendapat pahala shadaqah."

3. Ikhlas dalam Mendidik Anak
Orang tua dituntut untuk ikhlas di dalam mendidik anak. Jangan sampai pendidikan anak semata-mata hanya diniatkan untuk tujuan duniawi, menyekolahkan mereka hanya sekedar untuk meraih gelar dan ijazah. Karena tidak diragukan lagi bahwa kebaikan dalam mendidik anak adalah yang diniatkan untuk mencari pahala di sisi ALLOH. Adapun yang selain itu (seperti profesi, pekerjaan yang mapan, kedudukan dsb) adalah akan ikut dengan sendirinya, bukan tujuan satu-satunya.

Sebagai contoh, misalnya orang tua yang menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran, maka jangan semata-mata agar dapat meraih materi yang melimpah, namun lebih dari itu dengan tujuan untuk membantu kaum muslimin, mengobati mereka dan agar mereka tidak lari kepada dokter-dokter non muslim. Orang yang semata-mata mengejar materi tidak akan mendapatkan pahala, sedangkan orang yang mencari pahala dari ALLOH maka dia juga akan mendapatkan materi.

4. Jangan Lupakan Doa
Doa adalah ibadah. Para Nabi dan Rasul telah berdoa untuk kebaikan anak dan istri-istri mereka dengan doa-doa yang diabadikan dalam al-Qur'an. Berapa banyak orang yang tersesat, akhirnya mendapatkan petunjuk dengan sebab doa, dan juga amat banyak doa yang mempercepat dan mempersingkat proses pendidikan.

5. Mencari Penghasilan yang Halal
Merupakan kewajiban orang tua adalah selalu berusaha mencari harta yang halal dan menjauhi segala yang syubhat apa lagi yang haram, seperti mencuri, riba, suap dan lain sebagainya.

6. Teladan yang Baik
Teladan yang baik merupakan keharusan dalam sebuah proses pendidikan. Sebab bagaimana mungkin seorang ayah dan ibu senantiasa menganjurkan dan menyuruh anaknya shalat, tetapi dia sendiri tidak melakukannya? Maka orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya, karena ketika seseorang memulai suatu amal kebaikan kemudian ada orang lain yang mengikutinya, maka dia mendapatkan pahala (seperti) pahala orang yang mengikutinya.

7.Memilih Metode yang Terbaik
Orang tua terkadang perlu mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan memahami secara detail berbagai metode pendidikan yang terbaik. Jika perlu, minta pertimbangan kepada orang- orang yang ahli dalam bidang pendidikan, mendengarkan kaset atau membaca buku-buku tentang pendidikan.

8. Sabar
Seseorang terkadang kurang memperhatikan masalah kesabaran ini, padahal ketidaksabaran akan menjadi penghalang bagi suksesnya pendidikan anak. Kita hendaknya bersabar terhadap teriakan anak,
sabar ketika anak sakit, sabar dalam memberi pengarahan, sabar ketika mengantar anak ke sekolah, sabar ketika berjalan bersama mereka menuju masjid dan lain sebagainya. Jangan mudah marah, emosi, bosan dan putus asa.

Orang tua hanya diperintahkan untuk memberikan pendidikan kepada anak, adapun hidayah ada di tangan ALLOH. Maka hendaklah dia mencurahkan segenap kemampuan dan mencari segala sebab yang
mengantarkan pada kesuksesan, serta jangan lupa selalu bersabar.

9. Menekankan Shalat
Shalat adalah kewajiban paling penting dan rukun terbesar dalam ISLAM setelah mengucap dua kalimat syahadat. Maka hendaklah setiap muslim selalu menekankan dan memperhatikan masalah shalat ini, baik terhadap diri sendiri maupun anak-anak. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda,
"Perintahkan anak-anak kalian shalat saat mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika berumur sepuluh tahun."

10. Perhatikan Bakat dan Kemampuan Anak
Orang tua hendaknya memperhati kan kelebihan, bakat dan perbedaan masing-masing anak, dan bersikaplah adil terhadap mereka. Sebagian orang tua terkadang tidak memperhatikan kelebihan dan bakat anaknya, sehingga bakat mereka sia-sia dan tidak tersalurkan dengan baik. Ada di antara anak yang kuat hafalannya, namun hanya diajari menghafal nyanyian saja. Padahal jika diajarkan untuk menghafal al-Qur'an, maka itu jauh lebih baik.

11. Tanamkan Cinta kepada ALLOH
Tanamkan di dalam jiwa anak rasa pengagungan, kecintaan dan tauhid (pengesaan) kepada ALLOH. Peringatkan mereka dari berbagai kesalahan dalam hal akidah dan keyakinan, jangan sampai mereka terjerumus di dalamnya. Biasakan pula agar mereka melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar.

12. Memilihkan Teman yang Baik
Rasulullah bersabda, "Seseorang itu tergantung pada perilaku dan kebiasaan temannya, maka
salah seorang dari kalian hendaknya memperhatikan dengan siapa akan
berteman." (HR. Ahmad)

13. Luangkan Waktu
Sesibuk apa pun kita, maka jangan lupa luangkan waktu untuk anak-anak dan keluarga. Jadikan rumah sebagai oase iman, yang di dalamnya diajarkan sirah rasul, Kitabullah dan berbagai aktivitas yang
positif. Jika suatu saat -karena banyak urusan- orang tua tidak sempat untuk memperhatiakn anak-anak, maka hendaknya berusaha mencari waktu lain ketika luang untuk memperhatikan mereka serta memberikan hak-hak mereka.

Semoga ALLOH memberikan kepada kita semua keturunan yang shalih, yang mendatangkan kebaikan dan kebahagia an di dunia dan akhirat, amin ya Rabbal 'alamin.

Hamba ALLOH.


Teladan Istri Yang Berusaha Memahami Suami

oleh Strawberry pada 7 Maret 2012 pukul 2:36 ·

Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami hingga ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami hingga ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah.

Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya memahami suaminya.

Berkata sang suami kepada temannya:

“Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku perkara yang dapat membuatku marah.”

Maka berkata temannya dengan heran:

“Bagaimana hal itu bisa terjadi.”

Berkata sang suami:

“Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata: ‘Jangan tergesa-gesa wahai Abu Umayyah.’

Lalu ia berkata:

‘Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing, aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai niscaya aku akan meninggalkannya.’ Kemudian ia berkata: ‘Aku ucapkan perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.’”

Berkata sang suami kepada temannya:

“Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan tersebut. Maka aku katakan: ‘Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu. Aku menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan tutupilah.’

Istriku berkata: ‘Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?’

Aku menjawab: ‘Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku’ (yakni si suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung).

Ia berkata lagi: ‘Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai maka akupun tidak menyukainya?’

Aku katakan: ‘Bani Fulan yang sebelah situ adalah kaum yang shaleh dan Bani Fulan yang sebelah sana adalah kaum yang jelek.’”

Berkata sang suami kepada temannya:

“Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali apa yang aku sukai.

Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku. Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku: ‘Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?’”

Aku jawab: “Ia sebaik-baik istri.”

Ibu mertuaku berkata:

“Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.”

Berkata sang suami:

“Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat dhalim padanya.”

Alangkah bahagia kehidupannya…! Demi Allah, aku (penulis kisah, red) tidak tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang dimilikinya? Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan untuk putrinya? Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya? Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki.

(Dikutip sebagian dari buku berjudul “Rumah Tangga Tanpa Problema; bab Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan Keluarga Bahagia tanpa Problema”, karya Mazin bin Abdul Karim Al Farihhal. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ bintu Husein)