Prinsip Seorang Muslim Kala Mengais Rizki dan Ingin Sembuh dari Penyakit
Dalam mengais rezeki, hendaknya setiap muslim selalu berprinsip mencari yang halal, bukan sekedar mendapatkan yang banyak. Begitu pula saat menerima cobaan berupa sakit, maka hendaknya memperhatikan pengobatan yang disyariatkan agama, tidak berprinsip “yang penting cepat sembuh.” Mari kita perhatikan hal-hal yang menyangkut cara berpikir yang harus ada pada diri seorang muslim.1. Rezeki setiap manusia bahkan setiap makhluk sudah dijamin Allah Ta’ala
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ } [هود: 6]
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab
yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud: 6).Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia Yang menjamin akan rezeki seluruh makhluk, dari seluruh binatang melata di bumi, besar kecil dan daratan atau lautannya.” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim, pada ayat di atas).
Syaikh As Sa’dy rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah seluruh yang berjalan di atas muka bumi baik dari manusia atau hewan darat atau laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan makanan mereka, semuanya ditanggung Allah.” (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam ayat di atas).
{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا الله يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [العنكبوت: 60]
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan
kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60).2. Rezeki setiap manusia sudah ditakdirkan Allah Ta’ala
Oleh karenanya, tidak akan pernah si A mengambil dan mendapatkan rezeki kecuali yang sudah ditakdirkan untuknya. Tidak akan pernah mungkin si A mengambil rezeki yang telah di tetapkan dalam takdir Allah untuk si B.
عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ
عَنْ عَبْدِ الله رضى الله عنه قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ الله -صلى الله
عليه وسلم- وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ « إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ
خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ
عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ
ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ
كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ
سَعِيدٌ فَوَالَّذِى لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا
إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيَدْخُلُهَا ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami dan beliau adalah
orang yang benar dan dibenarkan: “Sesungguhnya tiap-tiap kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu
menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah
Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk
menuliskan empat kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. Maka
demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang di antara kalian
yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara
dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh
ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk
neraka. Ada di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka
sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta
saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan
perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (HR. Tirmidzi).A Hasan Al Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Apa Rahasia di dalam zuhudmu di dalam dunia?” Beliau menjawab,
علمت بأن رزقي لن يأخذه
غيري فاطمئن قلبي له , وعلمت بأن عملي لا يقوم به غيري فاشتغلت به , وعلمت
أن الله مطلع علي فاستحيت أن أقابله على معصية , وعلمت أن الموت ينتظرني
فأعددت الزاد للقاء الله
“Aku telah mengetahui bahwa rezekiku tidak akan pernah ada yang
mengambilnya selainku, maka tenanglah hatiku untuknya, dan aku telah
mengetahui bahwa ilmuku tidak akan ada yang melaksanakannya selainku,
maka aku menyibukkan diri dengannya, aku telah mengetahui bahwa Allah
mengawasiku, maka aku malu berhadapan dengannya dalam keadaan maksiat,
aku telah mengetahui bahwa kematian menghadangku, maka aku telah siapkan
untuk bekal bertemu dengan Allah.”
قال البيهقي بسنده إلى
مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي عَبْدَانَ،أنه قَالَ: قِيلَ لِحَاتِمٍ الأصَمِّ:
عَلَى مَا بَنَيْتَ أَمَرَكَ هَذَا مِنَ التَّوَكُّلِ؟ قَالَ: عَلَى
أَرْبَعِ خِلالٍ: ” عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لا يَأْكُلُهُ غَيْرِي،
فَلَسْتُ اهْتَمُّ لَهُ، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لا يَعْمَلُهُ غَيْرِي،
فَأَنَا مَشْغُولٌ بِهِ، وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَأْتِينِي بَغْتَةً،
فَأَنَا أُبَادِرَهُ، وَعَلِمْتُ أَنِّي بِعَيْنِ اللهِ فِي كُلِّ حَالٍ،
فَأَنَا مُسْتَحْيِيٍ مِنْهُ “
Al Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin
Abi Abdan beliau berkata: “Hatim Al Asham pernah bertanya: “Atas apa
kamu membangun perkaramu ini adalah merupakan sikap tawakkal?“ Beliau
berkata, “Di atas empat perkara: “Aku telah mengetahuI bahwa rezekiku
tidak ada yang akan memakannya selainku, maka aku tidak
memperhatikannya, aku telah mengetahui bahwa ilmuku tidak ada yang akan
mengamalkannya selainku maka aku sibuk dengannya, aku telah mengetahui
bajwa kematian akan mendatangiku secara tiba-tiba maka aku bersegera
(mengambil bekal) dan aku telah mengetahui bahwa aku senantiasa dalam
penglihatan Allah setiap saat, maka aku malu dari-Nya.” (Atsar riwayat
Al Baihaqi).3. Seorang manusia tidak akan pernah dicabut nyawanya melainkan sudah menyempurnakan rezeki yang ditakdirkan untuknya
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
الله رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-
«أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ
نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ
عَنْهَا فَاتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ
وَدَعُوا مَا حَرُمَ».
“Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah
kalian kepada Allah dan perbaikilah di dalam mencari (rezeki), karena
sesungguhnya setiap yang yang bernyawa tidak akan pernah mati sampai dia
menyempurnakan rezekinya, meskipun kadang terlambat datang untuknya,
maka bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari
(rezeki), (yaitu) ambillah apa yang telah dihalalkan tinggalkanlah apa
yang telah diharamkan.” (HR. Ibnu Majah).4. Allah-lah satu-satu-Nya yang menyembuhkan penyakit
{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} [الشعراء: 80]
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy Syu’ara:80).
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله
عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَتَى
مَرِيضًا – أَوْ أُتِىَ بِهِ – قَالَ «أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ ،
اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لاَ
يُغَادِرُ سَقَمًا»
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam jika menjenguk orang sakit atau di
datangkan kepada beliau, beliau berdoa: “Adz-hibil ba’sa robban naasi, isyfi wa antasy syaafi, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifa-an laa yughodiru saqoman”
(Hilangkanlah penyakit, wahai penguasa manusia, sembuhkanlah
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali
kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan satu penyakit
pun).” (HR. Bukhari).Dan Allah telah memerintahkan kita untuk tidak berobat dengan sesuatu yang haram. Mari perhatikan perkataan seorang shahabat nabi yang mengambil 70 surat langsung dari mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ الله لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian di dalam sesuatu yang telah diharamkan-Nya atas kalian.” (HR. Bukhari).5. Penyakit merupakan penebus dosa
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى
وَقَّاصٍ رضى الله عنه قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ الله أَىُّ النَّاسِ
أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ
صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ
عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى
يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»
“Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai
Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau
bersabda, “Para Nabi kemudian orang-orang yang di bawahnya kemudian
orang-orang yang di bawahnya. Seorang hamba akan diuji sesuai dengan
(kualitas) agamanya, jika di dalam agamanya terdapat kekuatan maka akan
bertambah berat ujiannya, dan jika di dalam agamanya terdapat kelemahan
maka dia akan diuji sesuai dengan kekuatan agamanaya. Masih saja ujian
diarasakan oleh seorang hamba sampai dia berjalan di atas bumi dan
akhirnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah)6. Sembuh atau tidak sembuh sudah ditakdirkan Allah Ta’ala
Terakhir, kawan pembaca…
Sesudah membaca tulisan singkat ini, insyaAllah kita muslim yang tidak akan pernah:
- Menanggalkan akidah kita, hanya untuk mendapatkan harta dunia yang tidak kekal dan tidak akan bisa dibawa ke dalam kubur.
- Menanggalkan akidah kita, hanya untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.
- Meminta bantuan kepada jin, khadam, orang pintar, para dukun, tukang sihir dalam mendatangkan harta.
- Memakai jimat baik dicincin, di gantung di toko, di gantung di dalam rumah, yang diyakini pemulus rezeki.
- Memakai segala cara untuk mendapatkan harta baik dengan; menipu, mencuri, memalsukan data, korupsi, memalsukan barang dan sebagainya, dan ini poin lebih ringan daripada no 1 dan 2. Dan masih banyak cara yang lain yang haram.
- Mendatangi orang pintar, ahli magic spiritual yang mengobati dengan meminta bantuan jin.
- Memakai jimat yang diyakini menyembuhkan penyakit
- Membuat sesajen yang diperuntukkan kepada selain Allah sebagai syarat kesembuhan penyakit.
Tapi jika dengan cara yang halal akhirnya banyak dapat rezeki dan cepat sembuh dari penyakit, maka itu adalah karunia dari Allah Ta’ala yang harus lebih disyukuri. Wallahu a’lam.
*) Ahad, 28 Shafar 1433H, Dammam KSA
—
Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar