10 April 2012

Laki - laki yang tertahan di pintu surga

YANG TERTAHAN DIPINTU SYURGA-NYA

Hari itu seorang lelaki dipersilakan masuk ke dalam syurga setelah amalannya diterima. Dengan bangga dia berjalan menuju pintu gerbang yang gemerlap. Di dalam sana sudah banyak berkumpul orang-orang yang meraih kemenangan atas ujian hidup di dunya.

Tapi saat ada di depan pintu, dia tertahan sesuatu. Pintu itu terbuka tapi dia tidak bisa memasukinya. Dicobanya lagi dan lagi tapi tetap sama. Padahal tidak ada penghalang apapun namun selaksa membentur kaca di sana. sementara di kanan kirinya, orang-orang melewati gerbang itu dengan biasa-biasa saja tanpa ada sesuatu yang menghalanginya tapi mereka tidak mempedulikannya, setiap orang pada hari itu sibuk dengan urusannya sendiri.

Dia mulai putus asa dan menangis. Lalu seseorang tiba-tiba ada di dekatnya dan bertanya,
"Wahai akhi, ada apakah yang terjadi padamu?"

"Ini, saya tidak bisa masuk pintu ini sedang orang lain bisa masuk tanpa tertahan."

"Bagaimana mungkin? Coba periksa dulu dirimu, mungkin ada yang belum baik."

"Periksa apa lagi? Amalku melimpah dan berhak masuk syurga!"

"Kalau begitu, saya periksa,
Wahai Fulan, apa yang membuatmu tidak bisa masuk di pintu syurga?"

Lalu lisan menjawab,"Akulah penyebabnya!" Dan lelaki itu terkejut dengan ucapannya sendiri, "Aku malu karena yang aku ucapkan banyak menyakiti hati orang lain, melukai perasaan orang lain dan mereka tidak ikhlas denganku meski niatku baik sekalipun."

"Berarti masalahnya sudah ketemu. Silakan masuk syurga, akhi, tapi tinggalkan saja lisanmu di depan pintu gerbang sini. Dia tidak berhak ada di sana karena bisa mencemari wangi kesturi syurga. Dia tertolak menjadi bagian dari karunia dan rahmatNya."

~ Irfan Hidayat 03042012 - @sebab hidup adalah cinta

==

Hadits dan hikmah terkait :

SUATU hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah! Sungguh si fulanah itu terkenal banyak shalat, puasa, dan sedekahnya. Akan tetapi juga terkenal jahat lidahnya terhadap tetangga-tetangganya.” Maka berkatalah Rasulullah SAW kepadanya, “Sungguh ia termasuk ahli neraka.”

Kemudian laki-laki itu berkata lagi, “Kalau si fulanah yang satu lagi terkenal sedikit shalat, puasa dan sedekahnya, akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Maka Rasulullah SAW berkata, “Sungguh ia termasuk ahli surga.” (HR.Muslim)

==

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknyaa lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari Muslim).

==

“Mulutmu harimaumu.”

mari bertanggung jawab dengan setiap huruf yang kita ucapkan. Periksa kemanfaatannya secara pasti, kapan kita bicara, apa yang harus kita bicarakan, dan paling penting adalah manfaat apa yang akan diperoleh diri sendiri, yang mendengar dan orang lain, tatkala kita berbicara.

Dalam situasi kita tidak mengerti apa yang harus kita ucapkan, tidak berbicara adalah langkah yang bijaksana. Maka pantas jika kemudian Lukman al-Hakim menasehati putranya dengan mengatakan bahwa, “Diam itu hikmat tapi sedikit sekali orang yang melakukannya.”

==

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara yang baik atau diam” (HR. Bukhari).

Imam Nawawi menjabarkan bahwa hadis di atas adalah hadis shohih, yang menjelaskan bahwa kita tidak pantas berbicara kecuali berbicara yang baik dan jelas-jelas mengandung maslahat. Bila diragukan kemaslahatannya, maka diam adalah langkah yang utama untuk dilakukan.

==

"Celaka bagi orang yang berkata kemudian berbohong supaya orang-orang tertawa, maka celaka baginya, maka celaka baginya." (HR. Abu Dawud)

==

Maka dari itu tidaklah berlebihan jika perkataan yang baik itu memiliki derajat yang lebih utama daripada sedekah yang diungkit-ungkit hingga menyakiti perasaan yang menerimanya.

قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Baqarah: 263).

Kini, marilah kita jaga lisan kita dari kata-kata yang tak berguna.*/Imam Nawawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar