Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) ini mengakui, beberapa tahun belakangan ini tidurnya lebih banyak tersenyum. Hidupnya kini menjadi lebih tenang karena tak banyak pikiran, serta merasa nyaman karena banyak teman berkunjung.
Saya jalan kalau mau kemari. Di jalan, saya dan istri dipanggil pak guru sama anak-anak kampung. Hidup saya nyaman, banyak teman.
-- Rhenald Kasali
rhenald-kasali.blogspot.co
https://www.facebook.com/
https://www.facebook.com/
https://www.facebook.com/
Rumah Perubahan, kiranya itulah rangkuman jawaban dari semua ketenangan yang dirasakan oleh Rhenald Kasali (51). Bapak dua putra penulis buku Change! ini menuturkan, Rumah Perubahan merupakan wujud permenungannya menjadi seorang dosen yang benar.
"Dosen yang benar itu beda dengan guru biasa. Seorang dosen harus melakukan tiga hal, yakni pendidikan, penelitian dan publikasi, serta pengabdian masyarakat," kata pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960, ini.
Mengacu pada poin ketiga, pengabdian masyarakat, lanjut Rhenald, ia lalu bertanya pada dirinya sendiri. Yaitu, tentang apa yang bisa dilakukan seorang dosen ilmu ekonomi untuk pengabdian masyarakat.
Menurutnya, kebanyakan dosen fakultas ekonomi hanya pintar mengajar dan menguji mahasiswanya. Dengan bekal semangat kewirausahaan yang selalu didengungkannya, lulusan University of Illinois ini mendirikan Rumah Perubahan.
"Awalnya hanya rumah baca di depan rumah untuk anak-anak kampung, lalu didirikan pula posyandu dan PAUD (Pendidikan Anak usia Dini)," katanya.
Selain masalah pendidikan, rupanya di daerah tempat ia tinggal kini masih banyak bermasalah dengan urusan sampah. Banyak warga membuang sampah ke tanah kosong, yang akhirnya menjadi penyebab buruknya kesehatan anak-anak. Lantas, ia bekerjasama dengan sebuah usaha kegiatan masyarakat untuk mendaur ulang sampah. Sayangnya, setelah kerjasama ini maju, warga malah diminta membayar uang kebersihan Rp 50.000.
"Warga enggak punya uang untuk bayar. Maka, dimulailah gerakan perubahan itu," kisah Rhenald.
Rhenald mereklamasi tanah bekas rawa seluas 4 hektare. Tanah itu lalu ia fungsikan sebagai tempat pengolahan sampah. Pendidikan tentang mengelola sampah pun dia ajarkan kepada warga, diikuti dengan kegiatan berkebun dan beternak.
Rhenald bahkan mengajarkan cara memelihara hewan ternak sapi, yang dapat dimanfaatkan biogasnya. Beberapa warga juga diberi tanaman sayur seperti wortel, sawi, oyong, terong, bayam dan lainnya untuk ditanam dan diolah. Hasilnya, warga menjadi pemasok sayuran bagi tukang-tukang sayur.
"Social entrepreneur"
Untuk semua kebutuhan dan kegiatan itu, Rheinald punya 2 orang tenaga di rumah baca, 2 karyawan, 8 guru, dan 2 karyawan untuk mengurus yayasan. Lalu, darimana anggarannya?
Penyuka gajah ini menuturkan, semua dana bisa didapatkan dari social entrepreneur. Singkatnya, semua kegiatan dilakukan menggunakan keuntungan bisnis bagi kegiatan sosial kemasyarakatan.
Ia menuturkan, pada 2007 dirinya mulai merintis Rumah Perubahan. Gerakan ini tengah mengemuka pula di Amerika Serikat. Namun, ia tidak mengklaim dirinya sebagai pioner dalam social entrepreneur.
"Karena sebelum saya, sudah banyak yang melakukan kegiatan seperti ini. Dari masyarakat untuk masyarakat, yaitu ketika pemerintah tidak lagi mampu melakukannya," ujarnya.
Dibangun secara bertahap, Rumah Perubahan yang terletak di Jalan Raya Hankam, Jatimurni, Bekasi, ini memiliki sekolah atau training dan tempat konseling yang dilengkapi area outbond activity. Di sini dikembangkan pula hutan mini dengan koleksi 2.000-an tanaman langka, seperti bunga bangkai, rambutan binjai, matoa, jamblang, zaitun, rengas, kemang, bintaro, rukem, asem jawa, mandalika, marcopolo, dan lainnya.
"Semua yang ada di sini pada dasarnya untuk pemberdayaan masyarakat. Para karyawan di sini juga dari warga sekitar," katanya.
Dekat dengan alam
Rhenald mengakui, konsep pembangunan Rumah Perubahan diorganisir langsung oleh dia sendiri. Fokusnya pada konsep pendidikan dan mendekat pada alam. Konsep pendidikan ia tuangkan lewat training, rumah baca, PAUD, dan Taman Kanak-Kanak. Sementara konsep alam terlihat nyata pada area Rumah Perubahan yang didominasi oleh pepohonan dan kolam ikan.
"Saya dan istri menyenangi konsep alamiah. Kami memikirkan area dengan banyak resapan air dan ramah terhadap lingkungan," kata pria yang pernah menjadi wartawan ini.
Untuk bangunan rumah yang diberi nama sesuai semua judul buku Rhenald itu, ia memakai dinding dari hebel bekas, yang ditutup dengan bata merah sebagai ekspose. Hebel dipilih karena menurutnya sifatnya dingin, sehingga dapat mengurangi penggunaan penyejuk udara pada ruangan.
Kaca juga banyak digunakan di sini. Fungsinya untuk menangkap cahaya matahari sehingga mengurangi penggunaan listrik pada siang hari. Sementara di salah satu bangunan utama ruang kerjanya, terlihat dinding bangunannya memakai batu marmo yang dapat berpendar sehingga ruangan menjadi lebih terang.
Bangunan di rumah ini juga banyak menggunakan material kayu dan bata. Rupanya, hal ini tak lepas dari pengalaman Rhenald yang pernah bersekolah di negeri Paman Sam. Di sana, semua kampus menggunakan bata ekspose sebagai simbol pendidikan. Sementara pemakaian kayu berkesan country, lebih awet, dan desainnya tidak basi.
Selain ditanami banyak pohon, Rhenald melarang membuang daun-daun yang jatuh. Alasannya, daun tersebut dapat diolah menjadi pupuk kompos.
Di sini, Rhenald banyak memberi ruang untuk resapan air serta penampungannya seperti sungai, empang, dan kolam. Kolam ikan dengan saung di atasnya dibuat dengan konstruksi cakar ayam sehingga kuat. Agar meresap air, pada bagian bawahnya di biarkan tetap berupa tanah. Sebelum masuk kolam, air juga sudah disaring lewat tanaman enceng gondok sehingga ikan-ikan tidak terpapar limbah beracun.
"Konsepnya alami saja semuanya," ujarnya.
"Sekarang saya nggak punya stres. Pikiran tenang, tidur pun lebih banyak senyumnya. Karena dekat dari rumah, saya jalan kalau mau kemari. Di jalan, saya dan istri dipanggil sama anak-anak kampung 'pak guru'. Hidup saya nyaman, banyak teman," tutup Rhenald sambil menebarkan senyum.
sumber http://
Salut bwt pak rhenald
BalasHapuspostingan yg bermanfaat. Tq pak fikqy ;)